KEMISKINAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
ILMU SOSIAL DASAR
Dosen Pembimbing
Drs. Sya’roni, AJ, M.Ag.
Disusun oleh
Fajrul Islam B01211039
JURUSAN
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang
muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada Negara-negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia yang masih begitu besar tingkat kemiskinan
masyarakatnya. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi.
Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat
berteduh.
Banyak
faktor yang melatar belakangi masalah kemiskinan ini seperti ekonomi, sosial
atau budaya yang ada di dalam masyarakat.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat kita lihat berbagai permasalahan yang ada
dalam masalah kemiskinan ini seperti :
1.
Mengapa kemiskinan terjadi?
2.
Apa faktor penyebab kemiskinan?
3.
Orang atau masyarakat yang bagaimana dikatakan miskin?
4.
Bagaimarna strategi penanggulangan masalah kemiskinan ini?
C.
TUJUAN
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD),
pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca betapa harusnya kita memberantas kemiskinan ataupun minimal dapat
mengurangi tingkat kemiskinan ini, agar kita tidak selalu mengandalkan
pemerintah untuk mengurangi kemiskinan ini, tetapi masyarakat juga harus ikut
berperan dalam mengurangi masalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MASALAH SOSIAL
Menurut Soerjono Soekamto masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok
antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi
sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya
masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial,
musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor,
yakni antara lain :
1.
Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2.
Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3.
Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4.
Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
B.
KEMISKINAN
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema atau
masalah sosial yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang atau bahkan terkadang dapat pula terjadi
pada Negara maju, biasanya permasalahan kemiskinan pada Negara maju sering
terjadi pada para imigran.
Sebagai masalah yang menjadi isu global disetiap Negara berkembang,
wacana kemiskinan dan pemberantasannya haruslah menjadi agenda wajib bagi para
pemerintah dan pemimpin Negara. Peran serta pekerja sosial dalam menangani
permasalahan kemiskinan sangat diperlukan, terlebih dalam memberikan masukkan
(input) dan melakukan perencanaan strategis (strategic planning) tentang apa
yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah.
Sebelum mengetahuinya lebih dalam, perlu diketahui penyebab
kemiskinan yang secara tidak langsung menjadi standar global :
1.
kemiskinan
kebudayaan, hal ini biasanya terjadi disebabkan karena adanya kesalahan pada
subyeknya. Misalnya : malas, tidak percaya diri, gengsi, tak memiliki jiwa
wirausaha yang kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, dan
sebagainya.
2.
kemiskinan
structural, hal ini biasanya terjadi karena disebabkan oleh faktor eksternal
yang melatarbelakangi kemiskinan. Faktor eksternal itu biasanya disebabkan
kinerja dari pemerintah diantaranya : pemerintah yang tidak adil, korupsi,
paternalistik, birokrasi yang berbelit, dan sebagainya.
Isbandi Rukminto Adi, Phd menegaskan pula tentang akar kemiskinan
berdasarkan level permasalahan dan membaginya menjadi beberapa dimensi,
diantaranya:
1.
Dimensi
Mikro : mentalitas materialistic dan ingin serba cepat ( instan )
2.
Dimensi
Mezzo : melemahnya social trust ( kepercayaan social ) dalam suatu komunitas
dan organisasi, dan otomatis hal ini sangat berpengaruh terhadap si subyek itu
sendiri
3.
Dimensi
Makro : kesenjangan (ketidakadilan) pembangunan daerah yang minus (desa) dengan
daerah yang surplus (kota), strategi pembangunan yang kurang tepat (tidak
sesuai dengan kondisi sosio-demografis) masyarakat Indonesia
4.
Dimensi
Global : adanya ketidakseimbangan relasi antara Negara yang sudah berkembang
dengan Negara yang sedang berkembang.
Departemen Sosial sebagai instansi yang membawahi sacara langsung
masalah kemiskinan tidak pernah absent dalam mengkajinya termasuk melaksanakan
program-program kesejahteraan sosial yang dikenal dengan PROKESOS yang
dilaksanakan baik secara intra-departemen maupun antar-departemen bekerjasama
dengan departemen-departemen lain secara lintas sektoral. Dalam garis besar,
pendekatan Depsos dalam menelaah dan menangani kemiskinan sangat dipengaruhi
oleh persepektif pekerjaan sosial (social work). Pekerjaan sosial dimaksud,
bukanlah kegiatan-kegiatan sukarela atau pekerjaan-pekerjaan amal begitu saja,
melainkan merupakan profesi pertolongan kemanusiaan yang memiliki dasar-dasar
keilmuan (body of knowledge), nilai-nilai (body of value) dan keterampilan
(body of skills) professional yang umumnya diperoleh melalui pendidikan tinggi
pekerjaan sosial ( S1, S2,dan S3 ).
Sementara itu klasifikasi atau penggolongan seseorang atau
masyarakat dikatakan miskin ditetapakan dengan menggunakan tolak ukur utama,
yaitu :
1.
Tingkat
pendapatan. Misalnya saja di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran
kerja waktu sebulan. Dengan adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa yang
tergolong dalam orang miskin dapat diketahui dengan pendapatannya perbulan.
Atau dengan menggunakan batas minimal jumlah kalori yang di konsumsi, yang
diambil persamaanya dalam kg beras.
2.
Kebutuhan
relatif per keluarga. Dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus
dipenuhi dalam sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara
sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.
Jika dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat
yang cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir
rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur dengan jumlah serta nilai
bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki dan dikuasai untuk memelihara dan
menikmati hidupnya. Semakin banyak jumlah dan makin tinggi nilainya, maka akan
makin tinggi taraf kemakmuran hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah
pandangan masyarakat umum, terutama pedesaan. Mereka beranggapan bahwa
kemakmuran tidaklah berbeda dengan kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur
bila sudah ada keserasian antara keinginan-keinginan dan keadaan materil atau
sosial yang dimiliki atau dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk
menyeimbangkan antara keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan mereka
berlebih, sementara keadaan materil mereka tidak mencukupi maka mereka harus
mengurangi keinginan yang ada, begitu juga sebaliknya.
Kemiskinan secara umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok,
yaitu :
1.
Kemiskinan
yang disebabkan aspek badaniyah atau mental seseorang. Pada aspek badaniyah,
biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya
yang sehat jasmani seperti sakit parah atau cacat badan. Sedangkan aspek
mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara
wajar, sebagaimana manusia lainnya.
2.
Kemiskinan
yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara,
yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan
mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih baik.
3.
Kemiskinan
buatan atau kemiskinan structural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada
kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena
struktur ekonomi, sosial dan pollitik.
C.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Usaha dalam memerangi kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memberikan
pekerjaan yang mempunyai pendapatan yang layak kepada orang miskin. Kerena
dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga
diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga
masyarakat lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada
mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor
ekonomi lainnya.
Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi
penanganan kemiskinan pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan kemampuan
orang miskin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya.
Karena tugas-tugas kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan
multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran
perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang
dihadapinya. Prinsip in dikenal dengan pendekatan “person in environment dan
person in situation”
Seperti yang telah dijelaskan diatas Depsos sebagai suatu instansi
memiliki pula beberapa agenda yang memang merupakan disiapkan untuk menekan
angka kemiskinan, diantara program kerja Depsos yang telah terealisasi yang
menurut Edi Suharto, Phd adalah strategi pendekatan pertama yaitu pekerja
sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan
dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik dalam konteks
keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan
kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh
pertimbangan ini. Beberapa bentuk PROKESOS yang telah dan sedang dikembangkan
oleh Depsos dapat disederhanakan menjadi :
1.
pemberian
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh panti-panti sosial
2.
program
jaminan, perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial
3.
bekerjasama
dengan instansi lain dalam melakukan swadaya dan pemberdayaan usaha mikro, dan
pendistribusian bantuan kemanusiaan, dan lain-lain
Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya,
strategi pekerjaan sosial berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan
self-determinism yang melihat si miskin secara individual yang memiliki masalah
dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan dalam kacamata ini disesuaikan dengan
kejadian-kejadian dan atau masalah-masalah yang dihadapinya. PROKESOS
penanganan kemiskinan dapat dikategorikan ke dalam beberapa strategi,
diantaranya :
1.
Strategi
kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana
alam.
2.
Strategi
kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulant untuk usaha-usaha
ekonomis produktif.
3.
Strategi
pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda mandiri,
pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.
4.
Strategi
“penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser disebut
sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang dianggap
dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek kunci
kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek lainnya.
Misalnya, pemberian kredit, program KUBE (kelompok usaha bersama)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kemiskinan yaitu suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Klasifikasi
orang dikatakan miskin :
1.
Tingkat
pendapatan di bawah standar yang layak dalam masyarakat yang bersangkkutan.
2.
Kebutuhan
relatif per keluarga, keseimbangan antara pendapatan dan kebutuhan keluarga.
B.
SARAN
Untuk memerangi kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat,
pemerintah hendaknya membuka lapangan pekerjaan yang sangat di butuhkan oleh
masyarakat dalam memperbaiki taraf hidupnya. Selain pemerintah, masyarakat juga
hendaknya ikut berperan serta dalam mengurangi tingkat kemiskinan ini seperti
membuka lapangan kerja untuk masyarakat yang lainnya.
Di dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Edi
Suharto. Phd. Konsep Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya
Edi
Suharto, Phd . Pendekatan Pekerja Sosial dalam Menangani masalah kemiskinan
http://www.policy.hu/suharto/makIndo13.html
No comments:
Post a Comment